REVIEW MOBIL BARU PORSCHE 911 CARRERA S
- Sedikit prolog, Porsche 911 Carrera sebelumnya selalu punya mesin boxer 6 silinder yang bisa berputar hingga rpm tinggi, suaranya pun merdu di telinga dan cukup bikin eargasm. Tapi di versi 991.2 ini, Porsche memutuskan untuk menyudahi kiprah mesin 3.400 cc dan 3.800 cc di 911 Carrera dan Carrera S lama dan memperkenalkan mesin baru, 3.000 cc flat 6 twin turbo, baik itu untuk 911 Carrera maupun Carrera S.
- Jadi, apa langkah ini membuat Porsche harus kehilangan sesuatu dari para fans Porsche 911? Ini dia saatnya kita mencari tahu!
Posisi Berkendara
- Masuk ke Porsche 911 benar-benar terasa spesial, sejak instruktur kami pertama kali menyerahkan kunci. Membuka pintu frameless-nya, duduk di jok dengan posisi mengemudi rendahnya, itu semua langsung memberikan impresi kalau ini bukan sekedar mobil belaka. Ini Porsche, ini mobil sport.
- Menyetel jok dan setir ke posisi mengemudi yang cocok sangatlah mudah, selain karena pengaturannya lengkap, semua pengaturan dioperasikan secara elektrik. Ada 2 memori yang disediakan untuk 2 posisi duduk favoritmu. Taruh kuncinya di slot di sebelah kanan dashboard, nyalakan mesinnya, sontak suara mesin boxer 6 silinder yang khas itu menyapa anda.
- Meski suara mesinnya masih mirip dibanding Carrera lawas, sistem Porsche Sound Symposer membantu untuk menyalurkan gemuruh suara mesin ke dalam kabin supaya nada suara mesin boxer 911 itu bisa dinikmati secara jelas dan berkelas di dalam kabin. Halus, tapi juga bikin ketagihan. Selama perjalanan, tak ada hentinya kami menikmati suara mesin 911.
- Sebelum masuk ke posisi D, coba dulu melihat sekeliling di Porsche 911 ini. Visibilitasnya bagus, dan memang mobilnya lebar, tapi berkat pilar A yang tipis dan dekat plus pandangan ke belakang yang bagus, beradaptasi dengan mobil ini tidaklah sulit, bahkan sekalipun habis naik sedan biasa, pindah ke 911 pun masih memberikan daya pandang yang bagus.
Rasa Berkendara
- Keluar dari parkiran Fullerton Hotel rupanya sangat gampang, karena Porsche dan Fullerton menyediakan tempat parkir khusus di depan lobby utama, dan jujur saat mengendarai mobil ini, kami banyak menjadi pusat perhatian, khususnya dari turis yang berwisata ke Fullerton Hotel, mengingat hotel ini adalah salah satu tempat bersejarah di Singapura.
- Hotelnya sendiri punya letak yang strategis, tepat di bibir Singapore Bay dan distrik finansial, jadi begitu keluar dari hotel kami langsung disambut lalu lintas padat di distrik finansial Singapura, tapi karena Porsche 911 punya posisi mengemudi yang rileks dan visibiltas yang bagus ke semua arah, tidak susah membiasakan diri dengan mobil ini.
- Perjalanan pertama ke Marina Barrage rupanya cukup dekat, sehingga kami tidak sempat untuk mengenal mobil ini lebih dalam, tapi yang pasti, dengan sedikit memutar tombol di setirnya, kita bisa mengubah setelah mesin serta suspensinya, sebab 911 Carrera S baru sudah punya PASM (Porsche Active Suspension Management) sebagai standar. Awalnya kami pilih mode normal untuk kenyamanan terbaik, tapi sesaat setelah itu, kami ubah ke mode sport untuk menikmati suara knalpot yang makin menggelegar dan menggugah.
- Namun rupanya suspensinya pun masih cukup toleran soal kenyamanan di mode sport, didukung dengan aspal Singapura yang mulus, tapi kami juga suka bagaimana suspensi ini tidak membuat kami seperti terlempar kesana-kemari di jalanan yang bergelombang, bahkan rekan kami dari Speed Creed yang ikut dalam sesi ini berkata kalau Golf GTI-nya lebih keras bantingannya dibanding 911 Carrera S ini.
- Handling-nya terasa tajam, dan mobil sangat gesit dalam bermanuver seperti seekor kucing yang sedang bermain. Setirnya juga terasa mantap, ia menyampaikan feeling mengenai kondisi jalanan dengan bagus meski sistemnya adalah Electronic Power Steering (FYI, 911 generasi 991 adalah 911 pertama dengan power steering elektrik).
- Berkendara dari Marina Barrage ke terowongan Singapura juga terasa rileks, dan kami sempat mencoba mobil ini dengan sedikit berakselerasi.
- Akan tetapi, batas kecepatan Singapura yang hanya 90 km/jam sangat membuat geregetan. Bagaimana tidak, kami sedang mengendarai mobil yang kalau pedal gasnya diinjak sedikit, kecepatannya bisa melebihi 120 km/jam, tapi kami mau tidak mau harus tetap di bawah 90 km/jam. Andai saja batas kecepatan itu dilonggarkan sedikit, kami tidak akan merasa kencang
Performa
- Setelah selesai makan siang di Ristorante de Valentino’s di daerah Turf Club, kami berpikir kalau kami harus mencoba performa mobil ini, jadi kami memutuskan untuk pergi ke jalanan Lim Chu Kang, jalanan yang terkenal sebagai lokasi balap drag ilegal di Singapura. Sampai di sana, kami bisa lihat kenapa pembalap drag ilegal suka jalanan ini, karena lintasannya panjang dan lurus, plus 3 lajur di masing-masing sisi dan hanya ada 2 persimpangan yang jaraknya cukup jauh satu sama lain.
- Saat kami sudah mengumpulkan niat untuk mencoba performanya, kami langsung mengetesnya dan hasilnya mengejutkan, apalagi karena sebelumnya instruktur kami mengajarkan bagaimana cara memakai tombol “fun” di setir itu (Porsche menyebutnya sebagai tombol “Sport Response”), terletak di tengah tombol putar yang mengatur mode berkendara tadi. Tekan tombol itu, transmisi 911 Carrera langsung masuk ke mode optimalnya (contoh simpel, posisi gigi akan turun 1 gigi daripada gigi yang seharusnya dipakai), bersama dengan boost yang terus dibangun oleh turbo dan langsung memberikan tendangan akselerasi saat pedal gasnya diinjak habis.
- Mode ini hanya bertahan selama 20 detik, dan ada timer di dashboard yang mengukur berapa sisa waktu yang kita punya untuk menikmati “Sport Response” tersebut, dan kami pikir hal itu cukup berguna untuk menyalip mobil apapun di depan kita. Yap, mobil apapun! Tapi kalau sudah selesai menikmati mode itu, jangan lupa tekan tombolnya sekali lagi untuk mematikan fungsi “Sport Response” tadi. Jika tidak, mobil akan memindah posisi gigi ke gigi yang lebih rendah dan menjadikan rasa berkendara jadi kurang nyaman, jadi pakailah dengan hati-hati, karena mobilnya jadi lebih “Asik” saat di mode ini.
- Setelah mengendarai mobil ini hampir selama satu hari penuh, kami nyaris tidak merasakan adanya turbo lag, berkat torsi 500 Nm yang ada sejak 1.700 rpm hingga 5.000 rpm, tapi setelah mengemudi beberapa lama, dan mencoba akselerasi mobil ini berulang-ulang di jalanana Lim Chu Kang yang panjang, kami sedikit merasakan turbo lag di rpm-rpm rendah, yang, jujur tidak mengurangi keasyikan berkendara mobil ini, apalagi karena raungan khas mesin boxer 6 silindernya masih ada dan performa di putaran tingginya masih ada, sama seperti pendahulunya yang tidak pakai turbo.
Kesimpulan
- Jadi, apa Porsche 911 Carrera S dengan mesin twin turbo baru ini menawarkan sensasi yang beda dibanding 911 Carrera S lawas yang tidak berturbo?
- Yah, kami rasa ia benar-benar menawarkan sesuatu yang berbeda, karena ia lebih responsif, lebih efisien, lebih ramah lingkungan, masih punya posisi berkendara bagus yang biasa ditawarkan Porsche, handling bagus yang merefleksikan sebuah Porsche 911, kenyamanan yang pas untuk penggunaaan harian plus suara yang berkarakter dari mesin boxer 6 silindernya.
- Tapi kembali lagi ke pertanyaan awal, apa sensasinya benar-benar beda? Jawabannya, ya, sensasinya berbeda dan lebih baik dibanding versi lawas dimana menurut kami selama perubahan yang dilakukan untuk Porsche 911 ini menjadikannya lebih baik, para purist sebaiknya stop mengoceh dan cobalah mobil ini.
- Kalian mungkin akan menghargai apa yang sudah dilakukan engineer Porsche untuk membuat Porsche 911 Carrera S baru ini lebih enak dikendarai. Bagaimana opinimu? Sampaikan di kolom komentar.
0 Response to "REVIEW MOBIL BARU PORSCHE 911 CARRERA S "
Post a Comment